Saturday, September 17, 2011

Akhlak terhadap Al-Qur’an


Rasulullah SAW di utus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak. Begitulah hadits Rasul yang disampaikan. Akhlak tidak hanya diberikan kepada sesama makhluk hidup, tetapi juga kepada Alquran, Al kitabul Kariim.

Bagaimana akhlak kita kepada Alquran? Qur’an secara bahasa berarti bacaan. Oleh karena itu, salah satu bentuk akhlak kita padanya adalah bagaimana kita bisa membaca Alquran dengan beberapa adab agar ketika tilawah atau membaca Alquran dapat memberi bekas pada kita. Lima belas adab tersebut yaitu :

1. Memilih waktu di mana Allah bertajalli (berinteraksi betul dengan hamba-hambaNya), terutama di waktu-waktu yang lebih berkah, seperti 1/3 malam terakhir, di waktu sahur/malam hari, waktu fajar/ba’da, dan senggang di siang hari. Di waktu-waktu itu, user sedang tidak banyak sehingga signal untuk “berkomunikasi” dengan Allah lebih jernih di waktu itu.

2. Memilih tempat yang sesuai, misal : masjid, ruangan yang kosong dengan gangguan, boleh juga menambah dengan wewangian atau aroma terapi. Hadits riwayat Tirmidzi menyatakan bahwa orang yang tilawah/baca Qur’an di tempat yang terang (terbuka), hampir sama seperti orang yang berterang-terangan dalam bersedekah. Hal ini perlu dicatat atau diperhatikan, namun memang ada kalanya kita memberikan contoh kepada orang lain mengenai tilawah.

3. Posisi tilawah memberikan keadaan kepasrahan atau ketundukkan di hadapan Allah Ta’ala karena yang kita baca adalah kalam Allah, seperti kita sedang berkomunikasi dengan Allah

4. Disunahkan dalam keadaan suci secara fisik. Suci dari jinabat, haid, nifas. Dan disunahkan dalam keadaan wudhu meskipun ada ijma’ yang membolehkan, karena untuk mempelajari atau menuntut ilmu.

5. Mensucikan semua indera yang dimiliki, mulai dari mata, telinga, dan seterusnya.

6. Menghadirkan niat yang ikhlas karena Allah dan mengharapkan pahalaNya

7. Berharaplah naungan dan pertolongan Allah (khauf wa raja’) harus dengan seimbang. Harap harap cemas. Ada perasaan seperti kapal kita akan tenggelam. Dengan seperti itu, kita memiliki motivasi dan keyakinan untuk menjalani proses kehidupan, misalnya jika kita belajar kita yakin akan jadi pintar, jika kita bekerja kita yakin akan jadi kaya dan itu semua tak terlepas dari kehendak Allah Ta’ala

8. Membaca isti’adzah (a’udzu billahiminasysyaithan nirrajiim) dan basmalah

9. Konsentrasi, mengosongkan dari hal-hal yang mengganggu! Jika kita membaca, akan mendapat nilai-nilai tadabbur

10. Membatasi pikiran atau fokus hanya dengan bacaan Alquran

11. Hadirkan Alquran dalam kekhusyukan

12. Rasakan keagungan Allah dan mengagungkanNya

13. Memperhatikan ayat-ayat untuk ditadabburi

14. Hadirkan perasaan dan emosi sesuai dengan ayat-ayat yang dibaca. Misalnya, ayat yang membicarakan tentang surga, maka emosi/perasaan kita adalah senang, sebaliknya jika membicarakan tentang neraka, maka emosi itu akan sedih dan khawatir apakah nantinya akan masuk surga ataupun neraka.

15. Rasakan bahwa kita sedang diajak dialog dengan Allah Ta’ala

Semoga kita bisa mengaplikasikan adab-adab ini dalam kehidupan sehari-hari saat berinteraksi dengan Alquran. Amin.


Saturday, September 10, 2011

10 Tips Menjaga Hafalan



Memang menjaga hafalan Al-Qur'an lebih berat ketimbang menghafalnya dari nol, namun jangan berkecil hati bahwa bila niat kita baik, ikhlas karena Allah, insya Allah Dia akan membimbing kita dalam menghafal dan menjaga kitab sucinya. kalau Allah ridha kepada kita, maka kemudahan-kemudahan yang akan kita dapati. Berikut adalah beberapa Tips untuk menjaga hafalan Al-Qur’an, semoga bermanfaat buat anda khususnya dan buat kita semua yang memiliki tekad yang kuat dalam menghafalkan Al-Qur'an :  

1. Pengaturan waktu
Pandai mengatur waktu akan dapat membantu seorang penghafal Al-Qur’an dalam memelihara hafalannya. Mengatur waktu untuk mengulang-ulang hafalan yang senantiasa terus berkelanjutan, harus terus dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur’an. Biasakan jangan melewatkan waktu tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Rasulullah SAW telah memperingatkan, bahwa hafalan Al-Qur’an akan lebih cepat hilang  dan lepas bila dibandingkan dengan seekor onta yang terikat kuat apa bila dia tidak selalu mengulang-ulang hafalannya tersebut.
عَنْ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الإِبِلِ فِى عُقُلِهَا » 
 “ Jagalah Al-Qur’an, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Al-Qur’an itu lebih cepat lepas dari pada seekor onta dari ikatannya” (H.R. Bukhari) 

2. Menyediakan waktu khusus
Dalam proses muraja’ah (mengulang) hafalan, seorang penghafal Al-Qur’an harus menyediakan waktu khusus, misalnya sebelum atau sesudah subuh, sebelum tidur, sebelum dan sesudah shalar fardhu. Siapapun dia, bila mana sedang menekuni suatu pekerjaan dan memberikan porsi waktu yang khusus, maka dia akan mendapatkan hasil yang tidak akan mengecewakannya. Tengoklah bagaimana kehidupan para Ulama terdahulu dalam pengaturan waktu, sehingga mereka dapat mewariskan karya-karya besar mereka yang sampai hari ini masih menjadi rujukkan. Sabagian mereka wafat diusainya yang belum begitu lanjut, akan tetapi mereka dapat menulis dan menyusun banyak kitab. 

3. Wirid Al-Qur'an
Selain menyediakan waktu khusus, seorang penghafal Al-Qur'an harus memperbanyak tilawah, dia harus memiliki wirid Al-Qur'an yang rutin dia lakukan setiap hari. Usahakan dapat membaca Al-Qur’an minimal satu juz setiap hari, sehingga dalam waktu tiga puluh hari / satu bulan anda akan mengkhatamkan tilawah Al-Qur’an. Sering membaca Al-Qur’an akan dapat memudahkan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an.

4. Menjadi Imam Shalat
Hafalan anda akan selalu melekat dalam ingatan  anda apabila selalu anda baca dalam shalat, khususnya saat shalat malam atau qiyamullail. Terlebih saat menjadi imam shalat tarawih di suatu masjid yang antara pengurus jamaah meresa tidak keberatan bila mana sang iman membaca satu juz untuk setiap malamnya.

5. Mengajarkan orang lain
Salah satu cara yang paling efektif dalam menjaga hafalan adalah mengajarkan orang lain, karena pada saat mendengarkan hafalan muridnya, maka secara tidak langsung dia sedang mengulang-ulang hafalan. 

6. Mendengarkan bacaan orang lain
Banyak mendengar akan memudahkan kita menghafal, cepat hafal, selain sering membaca juga karena sering mendengar bacaan orang lain. Buatlah kesepakan atau janji bersama teman anda yang sedang menghafal Al-Qur’an untuk saling menyimak, sehingga bila mana anda atau teman anda keliru dalam membaca maka saat itulah anda berdua akan saling mengoreksi.

7. Mendengarkan kaset atau CD Al-Qur’an
Pilihlah salah satu bacaan syaikh terkenal, yang tilawahnya tersebar di seluruh dunia dan cenderung diminati lagunya dalam membaca Al-Qur’an, seperti Syaikh Mahmud Khalil Al-Hushari, Syaikh Muhammad Siddiq Al-Minsyawi, Syaikh Abdullah bin Ali Bashfar, Syaikh Abdurrahman Al-Hudzaifi, Syaikh Suud Syuraim, Syaikh Abdurrahman Al-Sudais dll.

8. Membaca sejarah para penghafal Al-Qur’an 
Untuk memberikan motivasi dan semangat baru maka anda juga harus membaca perjalanan para ulama dan orang-orang yang menghafal Al-Qur'an, anda akan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman mereka serta dapat memperbaharui semangat anda.

9. Membiasakan membaca tanpa melihat Mushaf
Biasakan mengulang hafalan tanpa melihat mushaf, karena bila mana membaca hafalan selalu melihat mushaf maka akan ada ketergantung selalu ingin melihatnya. Kecuali apa bila anda sudah tidak dapat melanjutkan bacaan, maka boleh anda melihat mushaf.

10. Menjauhi kemaksiatan
Jiwa yang selalu berlumuran kemaksiatan dan dosa, sulit untuk menerima cahaya Al-Qur'an, hati yang tertutup disebabkan dosa-dosa yang senantiasa dilakukannya, tidak mudah menerima kebaikan, mentadaburi ayat-ayat Al-Qur'an
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا  “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad : 24)
Dalam sejarah tercatat bahwa Imam Syafi'i rahimuhullah tergolong ulama yang memiliki kecepatan dalam menghafal, bagaimana dia mengadu kepada gurunya, Waki', suatu hari dia mengalami kelambatan dalam menghafal. Maka gurunya lalu memberikan obat mujarrab, yaitu agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhannya.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata : Aku mengadu kepada (guruku) Waki' atas buruknya hafalanku. Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan. Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. 
Wallahu 'alam bishshawab.

Wednesday, August 31, 2011

Back to Al-Quran yang mulia



AlQuran adalah kitab paling tinggi dan paling mulia yang pernah ada di bumi, ia adalah Kalamullah, jejak Allah yang paling nyata di bumi ini. Ia adalah surat cinta terpanjang yang diturunkan oleh kurir paling agung dalam sejarah ; malaikat Jibril yang dbacakan pertama kali kepada manusia sempurna penutup para Nabi ; Muhammad saw untuk diajarkan kepada manusia seluruhnya.

AlQuran adalah mukzizat yang dibawa nabi Muhammad SAW misi utamanya adalah merubah para pembacanya. Melembutkan kegarangan, menguatkan yang ragu, menajamkan hati yang buram, mengasah kecerdasan, mendorong sebuah gerakan besar, mencipta figur pemimpin dan ummat berkualitas unggul. Pemimpin dan rakyat seperti inilah yang mampu menjadi pembaharu zaman dan menorehkan kehidupan yang ideal. Dan masa indah itu pernah terwujud, sejarah mengabadikannya, mencatatnya dalam rangkaian panjang perjalanan manusia, tak mungkin pudar walau orang-orang yang memusuhi Islam berusaha mengaburkan dan lalu hendak menghapus fakta ini.

AlQuran telah turun di tengah masyarakat gurun pasir yang kejahilannya sangat terkenal, hobi berperang antar mereka sendiri, sering melakukan penyerangan di perbatasan-perbatasan Jazirah Arab, punya kebiasaan menanam hidup-hidup bayi perempuan, perjudian, dan sampai puncak kejahilan manusia yaitu menyembah berhala. Tetapi masyarakat yang seolah tidak ditemukan potensi apapun ini tiba-tiba hanya dalam tempo yang sangat singkat yaitu 23 tahun berubah menjadi masyarakat yang maju dan dikenal sebagai pelopor dari peradaban modern, bahkan pasca Nabi SAW murid-muridnya (generasi sahabat dan tabiin dan tabiit tabiin) menjadi penguasa sepertiga dunia dan menjadi motor penggerak ilmu pengetahuan.

Kisah sedih sejarah Islam dimulai ketika masyarakat muslim -dimulai dari para rajanya- mulai terjebak dengan dunia, asyik masyuk dengan harta dan mulai melupakan Al-Quran, segera setelah itu berdatangan efek-efek yang sudah Nabi SAW peringatkan dahulu, yaitu cinta harta dan takut mati lalu secara perlahan namun pasti mulai jauh dari ilmu, setelahnya fase keruntuhan mulai terjadi. Pemicu kemunduran ini adalah jauhnya kaum muslimin di masa itu dari Al-Quran. Sungguh benar sabda Nabi saw : masyarakat dimuliakan dengan AlQuran atau dihinakan karena AlQuran.

Oleh karena itu kolom Tahfidz Quran hadir untuk menyemangati, mengusulkan beberapa trik, dan menyampaikan pengalaman para penghafal Quran. Agar para pembaca terinspirasi dan mulai menggerakkan proyek besar ; yaitu menghafal Al-Quran.

Kolom kecil ini juga membawa proposal dan semangat yang besar untuk memperbaiki keadaan ummat ini dengan mengajukan usulan kepada orangtua di rumah dan para pengajar di sekolah, agar merubah pola pengasuhan dan merubah pola pendidikan sejak usia dini dari fokus tujuan yang lain kepada ; AlQuran.

Hasil yang diharapkan adalah, anak-anak sejak usia dini sudah mengenal dan terbiasa dekat dengan AlQuran, kemudian dari kedekatan itulah tumbuh perasaan cinta yang InsyaAllah akan melejitkan kualitas dari interaksi mereka terhadap AlQuran. Kami memimpikan ada komitmen khusus dari orangtua dan guru, cara asuh istimewa serta cara ajar jenius beserta kurikulum pendidikanyang mampu menciptakan para penghafal AlQuran (lulus SD sudah hafal 30 juz penuh). Sehingga nanti di masa sekolah menengah pertama (SMP), di tingkat lanjutan atas (SMA) para hafiz itu sudah mendalami tentang bagaimana Nabi SAW mengajarkan, menjelaskan, dan merinci Al-Quran kepada para sahabat serta  masyarakat pada masanya. Dan kelak di strata satu mereka sudah menyelami lautan pemahaman para ulama sesudah masa Nabi SAW dan sahabat. Di strata dua dan tiga mereka sudah mampu menggunakan semua ilmu-ilmu lain yang menghubungkan semua realita dunia dengan kebijakan ilahiah yaitu kitabullah Al-Quran untuk melahirkan banyak ide, banyak solusi, dan strategi penyelesaian masalah, serta menjalankan semuanya untuk memperbaiki segala kondisi yang buruk dan tak seimbang. Dengan hafalan AlQuran dalam kepala mereka, semuanya akan berbeda. Lebih istimewa, lebih berbobot dan lebih menjanjikan. Pikirannya, kata-katanya, dan perbuatannya.

Kalau kita berhasil mendekatkan generasi muda kepada AlQuran maka sesungguhnya kejayaan itu sedang terputar ulang menghampiri mereka. Dan Islam siap kembali memimpin. Sungguh ini bukan utopis, sebab masa itu sudah pernah terjadi. Kita hanya hendak mengulangnya kembali. Hanya kepada Allah Swt saja kami memohon kekuatan dan kemudahan agar Fahim Quran dapat membawakan kolom ini kepada pemirsa bersama manfaat yang besar. Aamiin.